1.2. Model Pendekatan Ciri-ciri Kepemimpinan
Kepemimpinan dengan model pendekatan ciri-ciri ini menyatakan bahwa seorang pemimpin akan berhasil apabila ia memiliki ciri-ciri tertentu yang dipandang "memenuhi syarat" kepemimpinan, misalnya: bisa mensupervisi, ada keinginan untuk maju, memiliki IQ yang memadai, memiliki ketegasan, memiliki keyakinan, mampu berinisiatif.
Seorang pemimpin efektif memiliki 24 ciri, yaitu;
1. Memiliki pengetahuan yang luas
2. Mampu bertumbuh dan berkembang
3. Memiliki sifat yang inkuisitif (rasa ingin tahu)
4. Memiliki kemampuan analistis
5. Memiliki daya ingat yang kuat
6. Memiliki kapasitas integratif
7. Memiliki ketrampilan berkomunikasi secara efektif
8. Memiliki ketrampilan mendidik
9. Memiliki rasionalitas yang tinggi
10. Memiliki obyektifitas yang baik
11. Bersifat pragmatis (mau menerima kenyataan yang ada)
12. Memiliki kemampuan menentukan skala prioritas
13. Mampu membedakan yang urgen dan yang penting
14. Tepat waktu
15. Memiliki rasa kohesi yang tinggi (mampu menjaga dan memelihara kekompakan tim kerjanya)
16. Memiliki naluri relevansi yang tinggi
17. Mampu menjadi teladan
18. Bersedia menjadi pendengar yang baik
19. Memiliki adaptabilitas (tanggap terhadap perubahan yang terjadi dan mampu menyesuaikan diri) yang baik
20. Memiliki fleksibilitas (kelenturan) yang baik
21. Tegas
22. Berani
23. Berorientasi ke masa depan
24. Memiliki sikap yang antisipatif (bersifat proaktif)
3.2.1. Studi Universitas Iowa
Studi ini mengamati Sifat Kepemimpinan dari cara seseorang mengambil keputusan. Hasil dari studi ini mengelompokkan kepemimpinan ke dalam 3 (tiga) model: otoriter, demokratis, dan laizzes-faire.
Studi ini mengamati Sifat Kepemimpinan dari cara seseorang mempertimbangkan sesuatu dan berinistiatif melakukan sesuatu. Studi ini mengelompokkan kepemimpinan ke dalam 4 (tiga) model.
Model ini dikemukakan oleh Lee Bolman dan T. Deal, yang menyatakan bahwa para pemimpin menunjukkan perilaku kepemimpinan dalam salah satu dari 4 (empat) kerangka berikut: Struktural, Sumber Daya Manusia (SDM), Politis, dan Simbolis. Efektifitas dari setiap kerangka bergantung dari situasi yang sedang dihadapi. Untuk jelasnya dapat dilihat dalam bagan pada halaman berikut.
Model ini menyatakan bahwa para pemimpin dapat diletakkan ke dalam salah satu dari keempat kategori dan ada kalanya suatu pendekatan cocok namun di saat yang lain tidak cocok. Harus disadari keempat pendekatan itu seluruhnya, dan jangan hanya pada salah satu saja. Misalnya, ketika terjadi perubahan or Sanisasi besar-besaran, seorang Pemimpin Struktural lebih efektif dari pada seorang Pemimpin Visioner. Tetapi selama periode di mana pertumbuhan yang kuat harus terjadi, pendekatan visioner lebih cocok.
A. Tipe Laissez-faire (1,1) - yaitu pemimpin yang tidak bisa menjalin hubungan baik dengan bawahan, dan juga tidak bisa berkomitmen dalam menyelesaikan tugas. Biasanya pemimpin semacam ini "mendelegasikan dan menghilang". Karena ia tidak berkomitmen untuk menyelesaikan tugas, maka ia mengijinkan anak buahnya melakukan apapun yang mereka kehendaki dan lebih suka menghindar dari proses pengambilan keputusan dalam tim dengan membiarkan timnya menyelesaikan pekerjaan itu sendiri.
B. Tipe Autocratic (9,1) - yaitu pemimpin yang berikap otoriter terhadap bawahannya. Pemimpin semacam ini sangat ketat dalam mengatur jadwal kerja, tidak mengijinkan bawahannya mempertanyakan atau mendiskusikan tugas yang diberikan. Jika ada kesulitan, ia cenderung mencari siapa yang salah ketimbang mencari apa dan bagaimana kesalahan itu terjadi. Ia tidak mengenal toleransi, dan menganggap remeh setiap masukan dari bawahannya, sehingga bawahannya tidak mau memberikan sumbangan pemikiran atau pengembangan, karena selalu dianggap remeh.
C. Tipe Country-Club (1,9) - yaitu pemimpin yang menggunakan upah untuk menegakkan disiplin dan untuk memotivasi tim dalam mencapai tujuan. Ia lebih mengutamakan hubungan dari pada hasil kerja. Ia kurang tegas dalam menegakkan disiplin karena takut merusak hubungan dalam tim.
D. Tipe Democratic/Tim (9,9) – yaitu pemimpin yang memimpin dengan contoh positif. Ia melibatkan seluruh timnya untuk mengungkapkan potensi mereka seluas-luasnya. Ia memotivasi tim untuk mencapai sasaran seefektif mungkin, dan bekerja tanpa kenal lelah untuk menguatkan ikatan di antara anggota tim.
E. Tipe Manajer Organisasi (5,5) – yaitu pemimpin yang memimpin dengan keseimbangan
Dari kelima tipe di atas, tentu seorang pemimpin rindu berada pada posisi (9,9), yaitu sebagai "The Team Leader". Namun keempat lainnya tidak boleh ditinggalkan begitu saja. Untuk bawahan yang kurang termotivasi, digunakan pendekatan otoriter (9,1), sedangkan untuk meningkatkan ketahanan‑diri, bisa digunakan pendekatan Laissez‑faire (1,1). Jadi harus bersikap fleksibel dengan melihat situasi dan kondisi yang ada.
3.2.5. Teori Lintasan Tujuan Robert House
Robert House mengelompokkan kepemimpinan ke dalam 4 (empat) model, dikaitkan dengan bagaimana cara pemimpin berelasi dengan bawahannya, khususnya dalam mengambil keputusan. Keempat model itu adalah:
(1) Directive ‑ yaitu pemimpin yang memberikan arahan-arahan belaka.
(2) Supportive ‑ yaitu pemimpin yang memberikan dukungan-dukungan.
(3) Participative ‑ yaitu pemimpin yang ikut terlibat dalam pengambilan keputusan.
(4) Prestasi ‑ yaitu pemimpin yang mengutamakan hasil semaksimal mungkin dari keputusan yang diambil.
3.3. Model Pendekatan Situasi Kepemimpinan.
3.3.1. Teori Kontingensi Friedler
Friedler mengatakan bahwa keberhasilan pemimpin bergantung kepada 3 (tiga) hal penting, yaitu: hubungan pemimpin-bawahan, struktur tugas, dan posisi. Dalam teori ini terdapat 8 (delapan) kombinasi dari ketiga komponen tersebut.
KATEGORI | 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
PEMIMPIN- | Baik | Baik | Baik | Baik | Buruk | Buruk | Buruk | Buruk |
ANGGOTA |
|
|
|
|
|
|
|
|
STRUKTUR | Tinggi | Tinggi | Rendah | Rendah | Tinggi | Tinggi | Rendah | Rendah |
TUGAS |
|
|
|
|
|
|
|
|
KEKUATAN | Kuat | Lemah | Kuat | Lemah | Kuat | Lemah | Kuat | Lemah |
POSIS1 |
|
|
|
|
|
|
|
|
GAYA KEPE- |
|
|
|
|
|
|
|
|
MIMPINAN | Tugas | Tugas | Tugas | Relasi | Relasi | Relasi | Relasi | Tugas |
EFEKTIF |
|
|
|
|
|
|
|
|
3.3.2. Model Kepemimpinan Situasional
Pada tahun 1988, dalam bukunya, Management of Organizational Behavior, Paul Hersey dan Kenneth H. Blanchard mengemukakan Model Kepemimpinan Situasional. Di sini keberhasilan seorang pemimpin dilihat dari tiga dimensi:
(a) Perilaku tugas (task oriented) yang berbentuk bimbingan dan arahan;
(b) Perilaku hubungan (relationship oriented) yang berbentuk dukungan sosio-emosional;
(c) Kematangan para bawahan, yang menyangkut: kematangan kerja, able (kemampuan bekerja), dan willing (kemauan bekerja).
Dalam mengintegrasikan ketiga dimensi di atas, terdapat 4 (empat) kategori gaya kepemimpinan:
(1) Gaya Telling/Instructing ‑ dimana pemimpin memberitahukan apa yang harus dilakukan bawahan serinci mungkin (tingkat kematangan rendah)
(2) Gaya Selling/Coordinating ‑ dimana pemimpin menjajakan atau mengkoordinasi tugas‑tugas yang harus dilakukan bawahan (tingkat kematangan rendah‑sedang)
(3) Gaya Participating ‑ dimana pemimpin mengikutsertakan bawahan (tingkat kematangan sedang‑tinggi)
(4) Gaya Delegating ‑ dimana pemimpin mendelegasikan tugas‑tugas kepada bawahan (tingkat kematangan tinggi).
GAYA KEPEMIMPINAN
3 |
|
| 2 |
|
4 | 1 |
|
KEMATANGAN PENGIKUT
TINGGI M4 | SEDANG | RENDAH M1 |
M3 | M2 |
Mampu dan mau / yakin | Mampu tapi tak mau / tak yakin | Tak mampu tapi mau / yakin | Tak mampu dan tak mau / tak yakin |
Diarahkan Diarahkan
Pengikut Pemimpin
Di samping itu, dalam model ini terdapat 4 (empat) jenis keputusan:
(1) Keputusan gaya Telling/Instructing adalah keputusan yang dibuat oleh pemimpin.
(2) Keputusan gaya Selling/Coordinating adalah keputusan yang dibuat oleh pemimpin dengan dialog dan/atau penjelasan.
(3) Keputusan gaya Participating adalah keputusan yang dibuat oleh Pemimpin/Pengikut atau keputusan yang dibuat oleh Pengikut dengan penguatan dari Pemimpin.
(4) Keputusan gaya Delegating adalah keputusan yang dibuat oleh Pengikut.
Dengan demikian apabila suatu Perilaku Pemimpin digunakan berkaitan dengan tingkat kematangan yang sesuai, akan membentuk Pasangan Kemungkinan Tinggi. Berikut ini adalah beberapa kata kerja yang sangat berguna jika menggunakan Kepemimpinan Situasional untuk penerapan tertentu:
(1) S‑1 è Menceritakan, memimpin, mengarahkan, memantapkan
(2) S‑2 è Menjual, menjelaskan, mengklarifikasi, membujuk
(3) S‑3 è Melibatkan, menguatkan, mengkolaborasi, committing
(4) S‑4 è Mendelegasikan, mengamati, memonitor, memenuhi
Jadi, seorang pemimpin dalam Perilaku Tugasnya harus melakukan hal‑hal: menetapkan tujuan, mengorganisasikan, memantapkan jalur tugas, mengarahkan, dan mengawasi. Sedangkan dalam Perilaku Hubungannya, ia harus melakukan hal‑hal: memberikan dukungan, mengkomunikasikan, memfasilitasi terjadinya interaksi, mendengarkan dengan aktif, dan menerima feedback.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar