Selasa, 11 September 2007

ETIKA PELAYANAN

ETIKA PELAYANAN


I. Pendahuluan

Bagi seorang yang telah mengalami kelahiran baru di dalam Yesus Kristus, hidupnya tidak akan lepas dari apa yang disebut pelayanan. Pelayanan menjadi life style, gaya hidup, yang menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan itu sendiri. Setiap orang percaya dipanggil untuk melayani (Galatia 5:13).
Penggalangan kaum awam untuk melayani memiliki dasar yang kuat dalam Alkitab. Pelayanan bukan hanya monopoli hamba-hamba Tuhan yang menyerahkan segenap hidupnya melayani purna waktu (fulltime) melainkan juiga milik jemaat awam (1 Petrus 2:9). Yang dibutuhkan disini adalah bagaimana kaum awam tersebut dilengkapi agar pelayanannnya mendukung pelayanan hamba-hamba Tuhan, dan bukan menghambat. Salah satu hal yang seyogyanya dipahami oleh para pelayan Tuhan adalah etika pelayanan, yaitu sikap yang baik dan benar sebagai pelayan Tuhan terhadap Tuhan yang dilayani, terhadap manusia, dan terhadap sistem pelayanan yang ada.

II. Sikap Terhadap Tuhan

Untuk dapat memiliki sikap yang baik dan benar terhadap Tuhan, seseorang harus mengenal-Nya dengan baik sesuai dengan pernyataan Alkitab itu sendiri. Pengenalan ini tidak hanya didasarkan pada pengetahuan teoritis melainkan juga melalui pengalaman hidup sehari-hari. Sikap Yesaya dalam pelayanannya sebagai nabi berubah ketika ia melihat Tuhan dalam suatu penglihatan yang maha dahsyat (Yes. 6:1-8). Sikap kita terhadap Tuhan dan pelayanan yang dipercayakan-Nya kepada kita akan berubah jika kita lebih mengenal-Nya. Dalam bukunya Knowing God, J.I. Packer memaparkan tentang Diri Allah , sifat-sifat-Nya, tentang rencana dan karya-karya-Nya.
Beberapa sikap kita sebagai pelayan Tuhan terhadap Dia, Kepala Gereja, antara lain :
1) Mengagungkan dan meninggikan Tuhan dalam seluruh aspek kehidupan, baik dalam ibadah maupun dalam hidup sosial kemasyarakatan.
2) Bersyukur atas segala karya-Nya dalam hidup kita dengan percaya akan kasih-Nya yang pasti mendatangkan kebaikan bagi kita yang mengasihi-Nya (Roma 8:28). Kedewasaan rohani seseorang dapat dilihat dari sikapnya ketika menghadapi berbagai warna kehidupan yang Tuhan ijinkan terjadi.
3) Bersedia hidup dalam ketaatan akan perintah-perintah-Nya sebagai tanda kasih kepada-Nya (Yoh 14:15)
4) Hidup dalam kerendahan hati di hadapan Tuhan dengan menyadari bahwa segala kemauan dan kemampuan kita dalam pelayanan adalah pekerjaan Allah sendiri (2 Kor 3:5; Fil 2:13).
5) Bersedia terus menerus diperbaharui oleh Roh Kudus (Efs 4:21-24), dengan terus menjaga kemurnian hati (1 Tim 1:18).

III. Sikap terhadap Tugas PElayanan.

Banyak orang keliru dalam memandang setiap tugas pelayanan yang dilakukannya. Ada yang menganggapnya begitu sepele sehingga tidak pernah serius melakukannya. Pelayanan dianggap sebagai sambilan dan pengisi waktu luang belaka. Ada pula yang melihat pelayanan sebagai ibadah formal keagamaan yang kaku sehingga cenderung merupakan beban. Beberapa sikap terhadap tugas pelayanan yang dikehendaki Tuhan antara lain :
1. Tugas pelayanan harus dipandang sebagai kepercayaan yang dianugerahkan Allah kepada kita (Kol 1:25)
2. Tugas pelayanan yang dipilih disesuaikan dengan talenta dan karunia Roh yang kita miliki; tak ada pelayanan yang tidak penting di hadapan Tuhan, semuanya penting dan saling melengkapi.
3. Sikap penuh disiplin dan setia terhadap tugas pelayanan yang dipercayakan sangat dihargai Tuhan (Mat 25:23).
4. Sikap menyeimbangkan pelayanan dengan karier dan keluarga juga harus diperhatikan; pelayanan tidak boleh menjadi alasan dan dikambinghitamkan untuk menutupi kekurangan dalam penanganan karier dan keluarga.
5. Sikap percaya bahwa setiap pelayanan yang kita lakukan tidak akan sia-sia selama kita melakukannya dengan hati yang mengasihi Tuhan (1 Kor 15:58); pelayanan kita bisa menjadi berkat bagi orang lain, dan kepada kitapun Allah telah menyediakan mahkota kebenaran (2 Tim 4:8)

IV. Sikap terhadap Rekan Sepelayanan

Sebagai anggota tubuh Kristus kita harus menyadari peran kita dan juga peran rekan sepelayanan lainnya. Dalam Alkitab dicatat adanya pelayanan yang kurang harmonis dalam kebersamaan karena ada motivasi yang kurang murni dalam melayani.
Beberapa diantaranya adalah :

v Jemaat Korintus yang senang membentuk kelompok-kelompok; kelompok Kefas/Petrus, kelompok Apolos, kelompok Paulus, kelompok Kristus, sehingga tidak ada kesatuan (1 Kor 1:10-17).
v Motivasi dari beberapa pemberita Injil yang justru bermaksud memperberat pemenjaraan Rasul Paulus. (Fil 1:17)
v Motivasi pelayanan untuk lebih menyenangkan hati manusia daripada hati Tuhan (Galatia 1:10)

Oleh sebab itu kita harus memiliki sikap yang baik dan benar terhadap rekan sepelayanan kita, yakni :

1. Menghargai sesama rekan sepelayanan, apapun profesinya dan apapun bentuk pelayanannya, bahkan yang satu menganggap yang lain lebih utama (Fil 2:1-4)
2. Mempunyai sikap saling membutuhkan baik dalam saling tukar menukar informasi, saling mendoakan, saling menolong dan memberi penghiburan (Gal 6:2)
3. Mau bersikap terbuka tanpa takut terluka dalam menyelesaikan masalah yang timbul dalam pelayanan; bersedia mengakui kesalahan dan meminta maaf, dan juga bersedia mengampuni mereka yang bersalah.
4. Bersikap mau menegur dalam kasih apabila melihat atau mendengar ada rekan sepelayanan yang menyimpang dari kebenaran Firman Tuhan (Amsal 28:23)

V. Sikap terhadap Organisasi dan Pemimpin Rohani

Demi tertibnya pelayanan dalam gereja Tuhan dibutuhkan adanya aturan organisasi. Hal ini tidak berarti mempersempit karya Roh Kudus atau bersifat duniawi, melainkan justru mendatangkan ketertiban asalkan tetap berazaskan Alkitab. Alkitab sendiri menghendaki segala sesuatunya berjalan dengan tertib (1 Kor 14:33, 40), bahkan Roh Kudus adalah Roh yang mendatangkan ketertiban (2 Tim 1:7)
Dalam organisasi yang baik biasanya ada orang-orang yang ditempatkan dalam struktur organisasi yang bertanggungjawab atas pelayanan yang dipercayakan kepadanya secara organisatoris. Seringkali dijumpai adanya miskomunikasi antara pemimpin ini dengan rekan sepelayanan yang dibinanya. Untuk itu perlu diperhatikan panduan berikut :
1. Menghormati pemimpin yang telah ditetapkan Allah (1 Tim 5:17). Daud yang terus dikejar-kejar oleh Raja Saul tetap menghormatinya sebagai raja Israel sampai Allah sendiri berurusan dengan dia.
2. Mau berbicara dengan terbuka akan berbagai kebijakan dalam pelayanan sesuai dengan status anak-anak terang. Sama sekali tidak dibenarkan adanya tehnik-tehnik adu domba, agitasi dan intimidasi, surat kaleng, dan sebagainya.
3. Usul-usul peningkatan pelayanan yang baik dapat disampaikan menurut tata tertib gereja yang ada
4. Promosi ke tingkat kepemimpinan harus dilakukan dengan tertib yang ada, penuh kerendahan hati dengan memahami waktu Tuhan (Pengkhotbah 3:11), dan rela mengalami penolakan seperti halnya Samuel (1 Sam 12:23).
5. Memahami pentingnya regenerasi dalam pelayanan secara struktural, agar menghasilkan atmosfer pelayanan yang sehat.

VI. Penutup.

Dengan telah dipahaminya prinsip-prinsip etika pelayanan dalam pelajaran ini tidak secara praktis menjadikan kita langsung melayani tanpa cacat. Kita masik akan masuk dalam pemroses hidup yang cukup panjang dalam pelayanan. Roh Kuduslah yang menjadi Penolong kita. Setidaknya dengan panduan etika pelayanan ini kita bisa lebih mengadakan koreksi dan evaluasi secara jujur di hadapan Tuhan & manusia. Akhirnya, “....mereka yang melayani dengan baik beroleh kedudukan yang baik sehingga dalam iman kepada Kristus Yesus mereka dapat bersaksi dengan leluasa.” (1 Tim 3:13)

pdt. drs. petrus f. setiadarma, mdiv.
pfs60@hotmail.com

Tidak ada komentar: